Satu-satunya cara
untuk menghilangkan fikiran-fikiran negatif adalah dengan menggantinya dengan
fikiran-fikiran positif – Mario Teguh –
Alhamdulillah, tiba juga tanggal 19 Juni 2013. Tepat dua
tahun sudah saya, Imam, dan Ali bermukim di Wamena. Tak penting seberapa lama
kita di suatu tempat, begitu pula tak begitu penting seberapa umur kita di
dunia. Yang paling penting adalah, hal baik (baca: amalan) apa yang sudah saya
lakukan di sini?
Namun, mungkin kamu dan orang lain tidak setuju dengan saya,
bisa jadi pertanyaan yang muncul adalah: “Kau sudah betah di Wamena Bams?”. Aha…
ini tuh pertanyaan jebakan tahu nggak, pasti kalau saya jawab “Iya” kamu akan
berpikir saya berniat menetap di sini. Hehehe.. Yang jelas, sejujurnya saya
sudah menemukan hal-hal positif di Wamena khususnya setahun ini. Setidaknya ini bisa memberi makna tersendiri agar
bisa terbiasa (baca : betah) di sini.
1.
Jualan kaos

Namun, beberapa bulan kemudian teman santri ini ternyata makin sibuk. Dia diamanahi mengelola media cetak pesantren. Padahal saya ingin tetap eksis bikin kaos. Alhamdulillah, silaturahim emang penting. Saya pun dapat partner bisnis baru di Bandung berkat mengontak seorang teman yang dinas di sana. Jadilah kaos-kaos yang saya kasih merk NAYAKO ini mulai ngeksis di Wamena, desain makin banyak, bahan makin bagus. Satu kekurangannya adalah, dalam hal penjualan masih belum maksimal. Dua alasan klasik, waktu yang terbatas dan sewa ruko yang mahal. Mau dijual online, kayaknya orang-orang di sini belum melek cara jual beli beginian deh..
2.
Punya Twitter
Twitter tuh
enaknya bisa ngikutin status-status orang-orang sukses, terkenal, maupun yang
bisa memberi pengaruh positif ke kita. Kalau dibilang twitter lebih privasi
dari FB, kok saya pikir sebaliknya ya. Tweet kita mudah disebar (RT) oleh siapa
saja. Baik itu teman, temannya teman, temannya temannya temen, dst. Eh follow
me ya: @bambangisme
3.
Mutasi Internal
Kepergian
seorang pegawai yang mendapat tugas belajar ke UGM bikin kerja saya
merangkap-rangkap sampai sekarang. Tepatnya September tahun lalu, saya
diamanahi menjadi Bendahara Pengeluaran, meski sebenarnya sudah sibuk dengan
pekerjaan supervisor (SPV). Otomatis, jadi sering pulang malam (baca: lembur) deh..
Awal tahun 2013,
alhamdulillah ada mutasi internal. Saya berharap bisa fokus di satu pekerjaan,
kalau nggak supervisor ya bendahara saja. Namun, dengan alasan keterbatasan
pegawai dan kompetisi tiap-tiap pegawai, saya tetap mendapat amanah ganda.
Bendahara Pengeluaran iya, FO-Vera iya. Saya awalnya mengira Vera gak sesibuk
SPV. Ternyata oh ternyata, seksi Vera mendapat tusi baru yakni Kepatuhan
Internal. Zzzzz…. Lucunya, semua kerjaan saya tuh ramainya cuma pas awal bulan.
Nyampai tanggal 20-an tuh nyantai banget dah.. hehe. Disyukuri aja..
4.
BSMI Wamena
Seorang dokter bermarga Nasution bersama teman-temannya menempuh petualangan mereka (menunaikan PTT) di Pegunungan Tengah sekitar Maret 2012. Awalnya saya mengira mereka tuh tidak beruntung saja bisa ke sini. Ternyata mereka punya ketertarikan sendiri ke Papua. Sebagai dokter mereka ingin memberi kontribusi positif bagi masyarakat di sini. Memang kesehatan dan kebodohan menjadi masalah sendiri bagi mereka yang tinggal di pedalaman bumi cenderawasih ini. Setidaknya satu tahun PTT dirasa akan sudah cukup.
Seorang dokter bermarga Nasution bersama teman-temannya menempuh petualangan mereka (menunaikan PTT) di Pegunungan Tengah sekitar Maret 2012. Awalnya saya mengira mereka tuh tidak beruntung saja bisa ke sini. Ternyata mereka punya ketertarikan sendiri ke Papua. Sebagai dokter mereka ingin memberi kontribusi positif bagi masyarakat di sini. Memang kesehatan dan kebodohan menjadi masalah sendiri bagi mereka yang tinggal di pedalaman bumi cenderawasih ini. Setidaknya satu tahun PTT dirasa akan sudah cukup.
5.
Halaqoh Pemuda
Halaqoh adalah
aktifitas mengkaji AlQuran dan Hadis yang dilakukan oleh beberapa orang -biasanya paling banyak 10 orang- yang dibimbing seorang ustad. Tahun pertama saya kesini, tidak ada halaqoh yang
bisa menjadi tempat saling mengingatkan dalam ketaqwaan, menambah wawasan
keislaman, maupun mengikatkan tali ukhuwah. Adanya hanya mengaji bersama dengan
bapak-bapak (umur 35 ke atas). Karena diadakan di rumah-rumah, sering tuan
rumah menyediakan hidangan-hidangan lezat. Otomatis, motivasi yang lebih sering
muncul saat itu adalah ingin menikmati makan sore. Kacau.. -____-"
Alhamdulillah,
adanya dokter-dokter PTT di atas, dan disambung dengan kembalinya beberapa pemuda kelahiran Wamena dari rantau membuat jumlah kami sudah cukup untuk
membuat halaqoh sendiri. Dengan ijin Allah pula, hadir seorang ustad di Wamena
dalam misi praktik lapangan S3 nya. Meski tidak ada makan sore –cukup kue saja-
perkembangan halaqoh cukup produktif. Murojaah hafalan ada, saling membangunkan
tiap Subuh ada, dll. Iman memang butuh dipupuk agar selalu PRIMA.
“Jadi sudah berapa tahun di Wamena Bams?”. Saat ini (……..) jalan tiga tahun, hehe…
Keterangan:
Kebanyakan orang yang ingin pindah
menggunakan kata “Sudah” sebelum kata jalan. Yang tidak ingin pindah atau
merasa puas memilih kata “Baru”. Kalau saya netral saja, dinikmati saja yang
ada. Isi dengan hal-hal positif. Agar ketika sudah waktunya pindah, saya
memiliki banyak pengalaman berharga di sini.
Komentar
Posting Komentar