Aksi -> Reaksi, Kita Ridho Allah -> Allah Ridho Kita


Rasulullah SAW pernah berkata, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah SAW : “Amal soleh sayapun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya : “Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?” . Nabi SAW kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.

Apa pelajaran yang dapat kita petik dari hadits di atas? Menurut saya, sudah seharusnya jika kita telah beramal, janganlah amalan tersebut membuat kita tertipu. Mengira bahwa jika kita sudah beramal sholeh dan melakukan banyak kebajikan maka otomatis kita adalah ahli Surga. Implikasinya kita memandang kita yang paling sholeh, kita yang paling dekat dengan Allah, sedangkan orang lain yang belum banyak ibadahnya seperti kita mungkin saja masuk Surga tetapi di antrian belakang. Naudzubillah. Justru, yang harus kita perhatikan  saat melakukan suatu kebajikan adalah bahwa kebajikan yang akan dan sedang kita lakukan tersebut merupakan sesuatu yang akan mengantarkan kita pada Ridho Allah SWT. Karena, jika Allah telah Ridho pada kita, apapun bisa Allah berikan pada kita, termasuk Surga-Nya.

Lalu pertanyaannya, bagaimana kita tahu Allah Meridhoi kita? Caranya gampang, menurut seorang haji di Wamena, jika ingin Allah Ridho pada kita, maka kita harus Ridho pada Allah. Menurut saya hal ini hampir mirip dengan hukum Aksi Reaksi-nya Sir Isaac Newton, meskipun sebenarnya berbeda, karena Allah Maha Kuasa memiliki sifat jaiz dan dia berkuasa untuk memutuskan memberi rahmat atau tidak tanpa alasan/sebab apapun pada hamba-Nya. Namun, bisa disederhanakan bahwa kita saja yang sudah bersyahadat masih saja menjauhi-Nya, apakah mungkin kita punya bargaining power untuk membujuk Allah agar Dia mendekati kita?

Menjemput ridho Allah tidaklah mudah, tetapi juga tidak sukar. Allah sudah memberikan rambu-rambu melalui Quran dan Hadits tentang apa yang Ia perintahkan dan apa yang Ia larang. Penuhi itu dulu. Tingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Lakukan dengan sungguh-sungguh jika memang kita masih meyakini Dia adalah Tuhan kita. Karena syahadat bukanlah sekedar ucapan biasa, syahadat memiliki arti bahwa Allah Azza wa Jalla adalah pemilik hidup kita dan alam semesta, sehingga syahadat memiliki konsekuensi penyerahan diri secara total (kaffah) kita pada aturan-aturan yang ditetapkan-Nya.

Wallahualam bish showab.

Komentar