Guru-guru Fisika Aneka Rasa


Apa yang terbayang di pikiran anda ketika mendengar kata FISIKA?

Sebagai salah satu mata pelajaran ilmu eksak, Fisika memang mengharuskan orang yang mempelajarinya untuk larut dalam hitungan dan angka. Sulitkah?? Menurut aku tidak juga, yang membuat sulit adalah metode mempelajari Fisika. Rumus-rumus fisika yang kita temui selama ini sebenarnya merupakan hasil dari riset para penemunya, dan objeknya merupakan benda-benda di sekitar kita. Jadi, mempelajari Fisika bersama alam dengan penyederhanaan materi sepertinya akan memudahkan tiap orang yang mempelajarinya. Hm.. gaya ngomongku sedikit lebay ya.. padahal nilai Fisikaku juga gak bagus-bagus amat.. Hehe.. 

OK, tulisanku kali ini tak berkutat pada rumus-rumus dan hitungan. Aku hanya ingin bercerita tentang beberapa guru Fisika yang pernah mengajariku dari SMP-SMA. Mereka memang bukan Prof. Yohannes Surya yang mampu menerjemahkan rumus dengan baik, tetapi cara mengajar mereka telah mampu memberi kesan positif bagi saya tentang Fisika, hingga akhirnya aku mencintai ilmu ini, meski untuk urusan hitungan, aku tidak terlalu hebat.

SMP

1.       Fisika itu Menggambar (kelas 7)

Setelah lulus dari SD, aku melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Demak. Lokasinya cukup strategis, yaitu di sekitar alun-alun kota Demak, dapat dilihat dari gerbang Masjid Agung Demak. Tiap pagi jam 6.10 aku harus sudah berangkat karena memang jarak tempuh dari rumahku menuju kota sekitar 30-45 menit. Di SMP ini, ilmu Fisika kukenal pertama kali. Dikenalkan oleh seorang guru berinisial “I” yang dari fisiknya, kutebak ia berusia sekitar lebih dari 45 tahun. Meski sudah cukup tua, tetapi guru yang tiap hari menempuh perjalanan PP Demak-Pati ini punya semangat luar biasa. Gaya mengajarnya unik. Beliau tidak mengambil materi dari buku-buku paket/cetak, tetapi dari buku catatannya sendiri. Tiap masuk kelas, ia tak membawa apa-apa kecuali sebuah buku batik berukuran folio yang ditentengnya. Beliau menyalin tulisan ‘dokter’ yang ada di bukunya dan di-paste-kan di papan tulis, setelah sebelumnya membagi papan tulis menjadi dua atau tiga kolom. Baru setelah itu, beliau menjelaskan yang ditulisnya.

Meski yang dituliskan di papan tulis juga bermotif ‘dokter’, tetapi aku cukup mampu membacanya. Yang unik dari setiap yang ditulisnya di papan tuls adalah gambar-gambarnya, beliau sangat hebat dalam urusan ini. Paling kuingat adalah ketika beliau menggambar Pompa Hidrolik ala Pascal. Sebagai orang yang masih cupu dan karena kami tak diharuskan membeli buku paket, maka yang kami lakukan tiap pelajaran dimulai adalah menulis apa yang dituliskan beliau di papan tulis. Karena aku juga suka menggambar, maka Fisika adalah mapel paling kusukai waktu itu. Haha... alasan yang aneh... Apalagi pas awal-awal SMP, kan Fisikanya memang tidak terlalu susah. :)

2.       Guru Fisika sekaligus Penegak Kedisiplinan (kelas 8)

Masa kelas 2 SMP, adalah masa dimana guru-gurunya menyenangkan. Guru Fisikaku berinisial “JS”. Beliau orangnya supel, pintar, item, dan tegas. Pak JS ini saat itu bertindak sebagai Polisi Sekolah, meskipun bukan Guru BP. “He... itu-itu-itu!!!”, sering ia ucapkan kala melihat siswa/siswi yang menyalahi aturan sekolah, seperti dalam berpakaian, jam belajar, rambut gondrong, dll. Jika sudah berulang kali ia temui tetap berperilaku buruk atau jika pelanggarannya sudah berat, maka ia tak segan-segan ‘menyeret’ siswa/siswi itu ke Ruang BP untuk diadili. Berbeda dengan di luar kelas, ketika mengajar kami, beliau cukup santai. Dia masuk kelas tak membawa apa-apa. Cuma membawa dirinya saja, lengkap dengan kacamata tak ber-frame yang dibor di tepinya. Lalu ia menjelaskan sambil berdiri di tengah dan sering juga memberikan joke. Meski suasana cukup cair, tentu saja kami harus memastikan rambut kami tidak gondrong dan sepatu berwarna hitam ketika diajar beliau. 

Satu ilmu penting yang kuingat adalah “Jangan bingung dengan persamaan rumus”. Beliau lalu membuat gambar segitiga yang diberi garis horisontal di tengah. Jika ada persamaan W = m.g (berat = massa x gravitasi), maka W diletakkan di sebelah atas garis horisontal (bagian atas segitiga), sedangkan m dan g di bawah garis. Bagian atas dan bawah saling berbanding lurus, artinya jika W makin besar, maka m dan/atau g juga harus makin besar. Lalu, apa-apa yang diletakkan di bawah, nilainya saling berbanding terbalik. Misalnya jika W tetap, maka penambahan g harus diikuti dengan pengurangan m. Dengan metode ini aku juga tidak perlu bingung ketika di dalam soal yang ditanyakan adalah m, maka tinggal membagi W (bagian atas segitiga) dengan g (bagian bawah), begitupun sebaliknya. Trims pak!

3.       Guru muda yang gaul dan humoris (kelas 9)

Guru yang satu ini berbeda lagi. Pria gaul berinisal ‘S’ dan berambut ikal ini cukup gaul dan gokil dalam mengajar. Yang paling kuingat adalah ketika ia menjelaskan bahwa Michael Faraday menemukan bahwa jika magnet dapat menjadi listrik maka listrik juga dapat menjadi magnet (CMIIW). “Kalau kacang bisa menjadi kukul (jerawat), maka kukul juga bisa menjadi kacang”. Haha... Kemudian beliau mampu menyederhanakan rumus dan aturan-aturan menjadi singkatan yang gampang diingat. Misalnya ketika menjelaskan rumus daya listrik: W = VIT maka W = IRIT. Padahal kalau dilihat di buku cetak tertulis W = I2. R. T. Kemudian ada hukum tangan kanan dan hukum pistol tangan kiri. Sayang sekali aku lupa aturan apa itu, yang kuingat adalah mengenai listrik dan magnet. Dengan cara seperti ini, banyak diantara kami yang mendapat nilai bagus tiap ulangan, bahkan nilai sempurna (10) juga tidak jarang. Salut untuk engkau Pak!!.

SMA

1.       Pramuka berlambang Durian (kelas 10)

Sebagai individu, menilai sesuatu tentu sah-sah aja, asalkan tidak memaksakan kehendak dan tetap sesuai norma-norma. Guru fisika ku kelas X ini hobinya berpetualang, maka tak heran jika beliau menggerakkan ekstra Pecinta Alam di SMA ku, SMA Negeri 1 Demak. Namun, secara individu beliau kurang berminat dengan Pramuka, hampir setiap kelas yang diajarnya mengetahui hal ini. Sementara itu, beliau juga suka dengan durian, maka pernah ada joke, bagaimana jika lambang Pramuka bukan Tunas Kelapa tetapi Durian??? Hahahaha... soalnya kata beliau tunas kelapa itu kan belum bisa diapa-apain. Kalau anda suka pramuka Ini hanya sekedar joke  ya.., tak perlu diambil hati, hehe..

Mengenai fisika, aku yakin beliau orangnya pinter banget. Salah satu soal uraian di tes semesteran yang dibuat oleh beliau berbunyi hampir seperti ini, “Apabila ada seorang bunuh diri dari gedung berketinggian XXX, dengan kecepatan XXX, lalu ada Spiderman yang menyusul dengan kecepatan XXX, apakah Spiderman bisa menangkap wanita itu?” sungguh soal yang cerdas bukan?

Tiap kali beliau menjelaskan di kelas, ia menjawab soal-soal di buku paket dengan begitu cepatnya di papan tulis. Kami yang mengikuti tidak punya cukup waktu untuk menulis. Karena setelah ia menulis langsung menjelaskan. Saat itu, kami sangat jelas, tetapi ketika sudah ulangan, maka soal yang diberi sangat variatif, hingga cukup menyulitkan kami semua. Nilai paralel tertinggi di lima kelas yang diajarnya adalah 6 koma, dan itu bukan aku  :(, semua nilai kami ditampilkan di papan pengumuman tiap kelas, tetapi karena banyak temannya kami kok gak punya rasa malu ya.. xixixi. Remidi terus deh!!. Hoho.. Saya menangkap bahwa sepertinya beliau lebih suka siswanya berlatih sendiri tanpa disuruh agar bagaimanapun bentuk soalnya, bisa diselesaikan. Satu kata bijak yang pernah saya dengar dari beliau, “Ujian dari Tuhan itu untuk menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya, maka ketika berdoa pada Tuhan jangan ingin dijauhkan dari ujian, tetapi berdoalah agar Ia memberi kesabaran dan ketabahan bagi kita untuk menghadapinya..”. Beliau juga berjasa bagi saya secara pribadi, karena dengan nasehat-nasehat beliaulah aku bisa lolos SNMPTN dan tembus di pilihan pertama. Maturnuwun Pak!!

2.       Guru paling sabar sedunia.. (kelas 11 & 12)
Guru fisika yang satu ini merupakan suami dari guru Biologiku waktu SMP. Beliau yang berambut tipis dan berinisal AS ini bagi saya merupakan guru paling sabar di dunia. Tiap masuk kelas, dan kondisi kelas masih ramai, beliau berdiri ke tengah dan menasehati kami dengan perlahan. Ketika beliau menulis di papan tulis, tak jarang ada beberapa siswa yang ngomong sendiri, lalu yang dilakukannya adalah terus menulis, menjelaskan, dan sesekali berjalan menuju belakang kelas agar siswa-siswa itu menghargainya. Aku tak pernah melihat beliau marah, yang keluar dari mulut beliau adalah nasehat-nasehat dan kata-kata mutiara. Siapa yang ingin bertanya, meskipun berulang-ulang akan beliau jawab. Mungkin prinsip nya mengajar adalah memberikan yang terbaik yang ia bisa, jika siswa tertarik maka ikutlah belajar, jika tak tertarik yang penting hargailah guru anda. Karena kebaikannya inilah, setiap lebaran, berkunjung ke rumah beliau seperti sudah menjadi kewajiban. “Maafkan kami Pak, yang sering ngobrol sendiri di kelas”, mungkin begitulah isi hati kami saat itu. :)

sumber foto: disini








Komentar

  1. hehe... jadi semakin merasa bersalah kepada Mr. AS, kalau tahu setelah tiga tahun diajarkannya tentang fisika, tapi saya tak kunjung pintar juga :-)

    BalasHapus
  2. @oh.. akh susilo to iki: wah, pinter juga bikin anagram, gakbisa ketebak :)

    BalasHapus

Posting Komentar