Jangan khawatir berbuat baik


Senin pagi, 6 Januari, seperti biasa aku ke kantor. Tidak seperti hari-hari biasa yang cuma hanya berkutat dengan meja kompi atau mondar-mandir ke front office, kali ini aku mberesin arsip-arsip kantor yang menumpuk dan ‘menjijikkan’ di dalam lemari belakang area kerjaku. Udah muak, tiap kali nyimpen arsip hasil kerjaku sendiri, trus buka lemari, kok isinya dokumen-dokumen arsip sejak jaman 2007. Kok dulu pegawai-pegawai sebelumku nyaman-nyaman aja ya? Heran.

Nah, pas lagi mberesin tuh, secara spontan aku dikejutkan dengan selembar kertas yang sebenarnya dulu pernah kutemukan. Isi kertas itu adalah sebuah artikel menarik tentang sebuah komparasi nasib. Si penulis -yang sepertinya bisa kutebak siapa- menceritakan dua orang kepala  kantor (KK) yang berbeda karakter dan berbeda nasib. KK pertama orangnya taat beribadah, rajin, baik pada staf-stafnya, juga santun perilakunya, tapi ternyata karirnya tidak berkembang, bahkan justru dia terpuruk karena suatu hal. Beda halnya dengan KK kedua, orangnya resek, mengabaikan Tuhannya, dan banyak orang tak suka padanya, tetapi nasib baik menaunginya hingga karirnya terus berkembang pesat dan mendapat beberapa prestasi. Lantas, di akhir kalimatnya si penulis memberikan kesimpulan bahwa apapun nasib atau segala hal yang kita dapatkan di kemudian hari mutlak milik Allah, sebagai manusia kita cuma bisa berusaha melakukan yang terbaik dan jika Allah sudah memutuskan kita harus ridho pada-Nya, termasuk ditempatkan di Wamena (ujung-ujungnya kok ini ^^). Jlebbbb!!! ending yang fantastis. Haha..

Ngomong-ngomong nih, aku jadi teringat akan firman Allah yang jadi andalanku dalam mengarungi ketidakpastian masa depan, 

Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan dengan yang baik”. 

Selain ayat ke-18 Al-Kahfi itu, masih ada ayat lain yang hampir sama intisarinya, yakni dalam surat Al-A’raf ayat ke-7,  

Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Kitab serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik”. 

So guys, intinya Allah menegaskan kita untuk berbuat baik sebaik-baiknya dan semaksimal yang kita bisa. Toh Sang Maha Pencipta juga sudah mengakui bahwa kita adalah ciptaan yang terbaik, dan kita adalah umat terbaik bukan.. Urusan apakah kebaikan ini akan membawa keuntungan, apakah memang ada gunanya, apakah orang lain akan suka, dan apakah membawa kita menuju kesuksesan atau tidak, itu semua gak usah kita pikirkan. Toh, memang kita gak punya kuasa atas itu semua. Allah Azza Wa Jalla sebagai penggenggam alam semesta inilah yang berkuasa atas itu semua dan yakinlah seyakin-yakinnya bahwa Ia akan menyediakan balasan bagi setiap hamba-Nya yang berbuat baik, jikalau tidak di dunia, masih ada akhirat yang lebih abadi. Masih pada percaya akhirat kan? 

Akhir kata saya cuma mau menuliskan kata mutiara Jawa nih, cocok buat kita-kita yang lagi down atau ilfeel hari ini.. Siappp!!!!!

“Lets do the best, and let God do the rest”.
*ups.. ^^

Komentar