Jujur... sebenarnya aku... @?!&^%


Rombongan kata di atas sudah sering kita dengar. Biasanya disampaikan oleh seseorang yang ragu-ragu mengungkapkan sesuatu, karena khawatir lawan bicaranya terluka, sedih, bahkan marah. Barangkali orang peragu itu ingin mendapatkan simpati dari lawan bicara bahwa setidaknya ia telah berbicara jujur.
Yang aku tangkap justru sebaliknya. Mengapa begitu mudahnya menggunakan kata “jujur” ketika tertekan atau dalam posisi darurat? Memangnya selama ini tidak pernah jujur? Dan kalau memang berkata jujur, mengapa harus ditegaskan bahwa seseorang telah jujur dengan menyebutkan kata “jujur’?

Fenomena ini menurut aku sudah merendahkan kejujuran itu sendiri. Seolah-olah kata jujur menjadi alibi untuk mengakui kesalahan dan membiarkan ketidakjujuran masih berlaku selama belum darurat. Padahal, kejujuran bagi aku sangat tinggi harganya. Kejujuran menunjukkan kadar keimanan seseorang. Karena ia pasti sadar bahwa ada Tuhan yang selalu mengetahui. Apalagi, biasanya sekali ia tidak jujur, biasanya akan diikuti oleh kebohongan atau dosa-dosa lainnya.  

Baiklah, cukuplah bualanku tentang jujur sampai disini. Trims sudah berkenan membaca coretan simpel tapi ngawur ini^^. Semoga bermanfaat.

Komentar

  1. postingan yang sangat menarik :)
    sangat bermanfaat.. ^_^
    keep posting yaa..

    ingin barang bekas lebih bermanfaat ?
    kunjungi website kami, dan mari kita beramal bersama.. :)

    BalasHapus
  2. your post is nice.. :)
    keep share yaa, ^^
    di tunggu postingan-postingan yang lainnya..

    jangan lupa juga kunjungi website dunia bola kami..
    terima kasih.. :)

    BalasHapus
  3. @Hajar abis: tengkyu..
    @singoedan: trims.. oke. Arema emang suporter paling fanatik dan kreatif, pengelolanya Arema LPI apa ISL? :)

    BalasHapus

Posting Komentar